Trump Naikkan Tarif Jadi 104%, Bursa Asia Luluh Lantak

Aksi Trump membalas tarif retaliasi Tiongkok membuat bursa memerah kembali. (chatgpt)

ESG News – Bursa saham Asia tergelincir tajam pada perdagangan Rabu (9/4) menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali memanaskan tensi perdagangan global dengan menaikkan tarif terhadap China hingga total 104%.

Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin kejatuhan dengan koreksi 3% setelah sempat menguat di sesi sebelumnya. Indeks Topix juga turun lebih dari 2%. Sementara itu, indeks KOSPI Korea Selatan melemah 1%, membuatnya semakin dekat memasuki wilayah pasar bearish—ditandai dengan penurunan 20% dari level tertinggi sebelumnya pada Juli 2024.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng ambruk lebih dari 2%, terseret penurunan saham-saham teknologi dan otomotif. Indeks utama di Australia dan Singapura juga ikut tertekan, masing-masing turun 1,2% dan 1,8%.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pun tidak luput jadi lunglai. Dibuka di level 5.978,44.  IHSG menguat 53,68 poin atau 0,9% ke posisi 6.049,82. Namun penguatan itu mengendor setelah pada pukul 11.00 IHSG kembali merosot di bawah 6.000 yakni 5.975 pada pukul 11.40 wib. 

Pelemahan pasar Asia ini terjadi setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Rabu pagi waktu setempat yang secara resmi menaikkan tarif timbal balik terhadap barang-barang asal Tiongkok menjadi 84%, dari sebelumnya 34% yang diumumkan awal April. Jika digabungkan dengan tarif eksisting sebesar 20%, total beban tarif atas produk China kini mencapai 104%.

Langkah Trump langsung memicu kecemasan pasar akan potensi perlambatan perdagangan global yang lebih dalam. Pemerintah China merespons keras dan berjanji akan “melawan hingga akhir” jika AS benar-benar memberlakukan tarif tersebut.

Meski begitu, pasar saham China relatif stabil. Indeks Shanghai Composite hanya turun tipis 0,2%, sementara indeks blue-chip CSI 300 nyaris tak bergerak. Ketahanan pasar China sebagian besar ditopang oleh dukungan dana milik negara. Bank Sentral China pada Selasa lalu menyatakan siap memberi pinjaman ulang (re-lending support) untuk membantu stabilisasi pasar, termasuk melalui investasi tambahan oleh Central Huijin Investment ke dana indeks saham.

Sementara itu, investor di kawasan juga menanti keputusan suku bunga dari Reserve Bank of India (RBI) yang akan diumumkan sore ini. Pasar memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Indeks berjangka Nifty 50 India tercatat melemah 0,4% jelang pengumuman tersebut.

Di Wall Street, indeks S&P 500 pada Selasa malam ditutup di bawah level 5.000 poin untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, mengindikasikan tekanan global yang terus meningkat terhadap pasar modal dunia.(ESG-1)

Related posts