Trump Naikkan Tarif Impor China Jadi 125% dan Kembalikan Tarif Negara Lain Jadi 10%, Pasar Saham AS Meroket

Trump naikkan tarif impor dari China jadi 124% dan tunda tarif bagi negara lainnya. (chatgpt)

ESG News – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang perekonomian global dengan mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap produk-produk asal China, dari sebelumnya 104% menjadi 125%. Keputusan ini diumumkan langsung melalui platform media sosial Truth Social, Rabu malam waktu setempat, dan berlaku secara langsung.

Trump menyatakan bahwa langkah ini diambil karena China dinilai tidak menghormati prinsip pasar global. Dalam unggahannya, Trump juga menyinggung bahwa China pada akhirnya akan menyadari bahwa praktik perdagangannya saat ini dengan AS dan negara lain “tidak dapat dipertahankan maupun diterima”.

Langkah tegas ini datang hanya beberapa jam setelah China sendiri mengumumkan rencana kenaikan tarif balasan terhadap produk asal AS, dari 34% menjadi 84%, yang akan diberlakukan pada 10 April. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari otoritas China terkait keputusan Trump tersebut.

Dalam pernyataan lanjutan, Presiden Trump juga menyinggung berbagai isu perdagangan global seperti hambatan dagang, manipulasi mata uang, serta tarif non-moneter. Ia mengklaim lebih dari 75 negara telah menghubungi pemerintah AS—melalui Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, dan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR)—untuk mencari solusi negosiasi yang lebih adil.

Menariknya, hanya China yang melakukan aksi balasan terhadap kebijakan AS. Sebagai tanggapan atas pendekatan kooperatif dari negara lain, Trump juga mengumumkan adanya penundaan 90 hari dan pengurangan tarif timbal balik menjadi 10% untuk sementara waktu, berlaku seketika.

Sebelumnya di hari yang sama, tarif impor timbal balik juga telah diberlakukan terhadap lebih dari 180 negara. Termasuk di antaranya Vietnam (46%), Uni Eropa (20%), Jepang (24%), dan Taiwan (32%). Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari pengumuman “Liberation Day” yang menetapkan tarif awal sebesar 10% untuk sebagian besar produk, dan tarif lebih tinggi untuk negara-negara yang dianggap sebagai “pelanggar berat”.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa strategi ini memang sudah menjadi rencana Trump sejak awal. “Presiden sudah memiliki level tarif yang ia incar terhadap China, dan masa jeda 90 hari ini adalah bagian dari strateginya. Tidak ada yang bisa menciptakan daya tawar seperti Presiden Trump,” ujarnya dalam konferensi pers.

Menurut Bessent, langkah balasan China justru akan lebih merugikan perekonomiannya sendiri, mengingat ketergantungan China terhadap ekspor global sangat besar. Ia juga menambahkan, “Yang kita lihat pekan lalu adalah batas atas. Kini kita punya lantai bawah sebesar 10%. Dunia sedang berbicara dengan AS, bukan dengan China.”

Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, turut menambahkan bahwa permintaan untuk berdialog datang dari berbagai negara. “Seluruh dunia menghubungi Amerika Serikat, bukan China. Dan mereka butuh Presiden ini di Gedung Putih untuk bicara,” ujarnya.

Dampak dari pengumuman Trump terhadap tarif impor ini langsung tercermin di pasar keuangan. Pada pukul 14:45 ET, indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 6,75%, S&P 500 naik 8%, dan NASDAQ Composite meroket 10,4%. (ESG-1)

Related posts