ESG News – Industri manajemen aset dan kekayaan (Asset & Wealth Management/AWM) tengah menghadapi transformasi besar dengan adopsi teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan (AI). Berdasarkan laporan PwC bertajuk “Asset & Wealth Management 2024,” sebanyak 80% organisasi AWM percaya bahwa teknologi disruptif akan mendorong pertumbuhan pendapatan mereka. Bahkan, organisasi yang cepat mengadopsi model ‘teknologi-sebagai-layanan’ berpotensi mengalami peningkatan pendapatan hingga 12% pada tahun 2028.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 81% organisasi AWM sedang mempertimbangkan strategi kemitraan, konsolidasi, merger, atau akuisisi untuk meningkatkan kemampuan teknologi mereka. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem teknologi yang lebih luas guna mempercepat inovasi, memasuki pasar baru, dan memperluas akses terhadap produk investasi di tengah peralihan generasi kekayaan global atau “great wealth transfer.”
AUM Global Diproyeksikan Capai US$171 Triliun pada 2028
PwC memperkirakan bahwa aset yang dikelola (Assets Under Management/AUM) global oleh organisasi AWM akan mencapai US$171 triliun pada 2028, dengan dana investasi tokenisasi melonjak pada tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 50%.
John Dovaston, PwC Indonesia Advisor, menyatakan bahwa industri jasa keuangan di Indonesia berpotensi meraup manfaat besar dari perkembangan teknologi ini. “Proyeksi AUM global mencapai US$171 triliun pada 2028 dengan pertumbuhan signifikan dalam instrumen alternatif memberikan peluang besar bagi manajer aset lokal. Tokenisasi dana investasi yang diprediksi mencapai lebih dari US$317 miliar pada 2028 bisa menjadi solusi untuk mendemokratisasi keuangan serta memperluas akses pasar di Indonesia.”
Teknologi Disruptif Sebagai Motor Pertumbuhan
Sebanyak 73% organisasi AWM mengidentifikasi AI sebagai teknologi paling transformasional dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Laporan PwC juga mengungkap bahwa:
-
80% organisasi meyakini AI akan mendorong pertumbuhan pendapatan,
-
84% percaya AI akan meningkatkan efisiensi operasional,
-
72% memperkirakan peningkatan produktivitas karyawan berkat teknologi ini.
Namun, meski ada optimisme terhadap AI, lebih dari 68% organisasi AWM hanya mengalokasikan kurang dari seperenam modal mereka untuk teknologi inovatif. Bahkan, 59% investor institusional menilai bahwa teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan mereka pada manajer aset tradisional. Saat ini, hanya 20% organisasi AWM yang menggunakan teknologi disruptif untuk meningkatkan layanan konsultasi investasi yang dipersonalisasi.
Lonjakan Dana Investasi Tokenisasi
Selain AI, tokenisasi aset juga dipandang sebagai faktor penting dalam pertumbuhan industri AWM. PwC memperkirakan bahwa nilai produk tokenisasi akan meningkat dari US$40 miliar menjadi lebih dari US$317 miliar pada tahun 2028, dengan CAGR sebesar 51%.
Konsep tokenisasi memungkinkan kepemilikan fraksional atas aset, sehingga memperluas akses ke berbagai jenis investasi. Tokenisasi diperkirakan akan lebih banyak diterapkan dalam private equity (53%), ekuitas (46%), dan hedge fund (44%). Meskipun demikian, kurang dari 18% organisasi AWM saat ini menawarkan kelas aset baru seperti aset digital, meskipun mereka yang telah melakukannya melaporkan peningkatan arus masuk investasi.
Konsolidasi dan Penguatan Talenta: Strategi Kunci
Seiring dengan disrupsi digital yang terus berkembang, 81% organisasi AWM global sedang mempertimbangkan strategi kemitraan, merger, dan akuisisi untuk memperluas ekosistem teknologi mereka. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah ketersediaan talenta dengan keahlian yang sesuai.
Sebanyak 30% manajer aset melaporkan adanya kesenjangan keterampilan di dalam organisasi mereka, sementara 73% organisasi yang menjajaki M&A menganggap akses terhadap talenta berkualitas sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan mereka.
John Dovaston menambahkan, “Ketika 81% organisasi AWM global mempertimbangkan strategi ini, manajer aset di Indonesia juga dapat mengambil langkah serupa untuk memperkuat ekosistem teknologi dan meningkatkan daya saing. Investasi dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja menjadi hal yang sangat penting agar Indonesia dapat memenuhi permintaan pasar yang semakin digital.”
Dengan inovasi teknologi, strategi konsolidasi, dan investasi dalam sumber daya manusia, industri AWM berada di jalur pertumbuhan yang menjanjikan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong inklusi keuangan yang lebih luas dan menciptakan ekosistem investasi yang lebih dinamis serta kompetitif di masa depan. (ESG-1)