PLN EPI Hadirkan Experience Booth di GHES 2025, Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Hidrogen Hijau

Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan menjelaskan rencana pengembangan infrastruktur hidrogen hijau di Indonesia kepada pengunjung Booth di ajang Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition (GHES) 2025. (dok.PLNEPI)

ESG News –  Subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menegaskan perannya sebagai penggerak utama transisi energi nasional dengan menghadirkan experience booth bertema transisi energi dalam ajang Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition (GHES) 2025 yang berlangsung pada 15–17 April 2025 di Jakarta Convention Center.

Booth kolaboratif antara PLN EPI dan anak usahanya, Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAg), menjadi salah satu magnet utama dalam pameran ini. Pengunjung diajak mengeksplorasi inovasi dekarbonisasi energi primer, mulai dari pengembangan bisnis hidrogen dan amonia, hingga pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar masa depan untuk sektor perkapalan.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, mengatakan bahwa perusahaan terus mendorong inisiatif nyata dalam mendukung transisi energi. Salah satunya melalui pengembangan proyek hidrogen hijau berbasis kerja sama strategis dan investasi langsung.

“Kami melihat hidrogen hijau sebagai solusi inovatif yang sangat potensial dalam menurunkan emisi karbon di sektor energi,” ujar Mamit dalam keterangan resminya di sela-sela GHES 2025.

Dalam forum GHES 2025, PLN EPI juga memaparkan roadmap investasi dan pengembangan infrastruktur hidrogen hijau di Indonesia. Salah satu proyek unggulan adalah pembangunan green hydrogen hub di Sumatera yang dikerjakan bersama Sembcorp Utilities PTE Ltd.

Proyek tersebut akan menghadirkan electrolyzer berkapasitas hingga 675 MW, dengan target produksi antara 50–100 kilo ton hidrogen hijau per tahun. Proyek ini turut dilengkapi jaringan pipa bawah laut sepanjang 350 km yang akan menghubungkan Sumatera dengan Singapura untuk kebutuhan ekspor.

“Ini bukan hanya soal memperluas pasar energi regional. Lebih dari itu, ini adalah langkah strategis mempercepat integrasi energi terbarukan skala besar,” tambah Mamit.

Ia meyakini bahwa proyek ini akan membuka peluang kolaborasi regional yang lebih luas serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat energi rendah karbon di Asia Tenggara.

“Sinergi antara listrik dan hidrogen akan menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan energi masa depan di kawasan ini,” tutupnya. (ESG-1)

Related posts