PLN EPI dan KSBSI Dorong Budaya Kerja Inklusif Berbasis ESG

Sekretaris Perusahaan PLn EPI Mamit Setiawan

ESG News— Upaya membangun budaya kerja yang inklusif dan berkelanjutan terus digaungkan dalam praktik bisnis nasional. PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menegaskan pentingnya penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam ketenagakerjaan, dalam diskusi publik bertajuk “Fair Labour and ESG: Membangun Budaya Kerja yang Berkelanjutan” yang digelar oleh SocialImpact.ID.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menyatakan bahwa sejak resmi berdiri pada 2023, PLN EPI telah membangun fondasi tata kelola yang berorientasi keberlanjutan. “Kami mengelola seluruh kebutuhan energi primer PLN Grup—dari batubara hingga biomassa—dan semua diarahkan untuk mendukung target Net Zero Emissions 2060,” jelasnya.

Transisi Energi Dimulai dari Budaya Kerja

PLN EPI kini memiliki Direktorat khusus yang menangani biomassa, serta menjalankan program co-firing untuk menggantikan sebagian batubara dengan limbah organik. Namun transisi energi tak hanya soal teknologi. Di tingkat internal, PLN EPI memperkuat nilai-nilai keberlanjutan melalui pelatihan lintas unit, program sosial karyawan (Employee Volunteering Program), hingga penyediaan fasilitas daycare, ruang laktasi, dan kegiatan sosial reguler.

“Tujuan kami bukan hanya efisiensi, tetapi juga menciptakan happy workplace. Engagement score kami tahun lalu bahkan mencapai 80,58,” ujar Mamit.

Buruh Butuh Ruang Aman untuk Berkembang

Presiden KSBSI Elly Rosita Silaban menekankan perlunya pendekatan berbasis dialog sosial dalam menyelesaikan isu ketenagakerjaan. “Kita harus meninggalkan praktik naming and shaming. Yang dibutuhkan adalah ruang dialog yang sehat dan partisipatif,” kata Elly.

Ia juga menyoroti tantangan asimetris dalam kapasitas riset antara serikat buruh dan pelaku usaha. “Kami sering kalah dalam membangun narasi karena tidak punya sumber daya untuk kajian dan pelaporan. Padahal praktik baik di lapangan banyak, hanya belum terdokumentasi,” ungkapnya.

Meski demikian, Elly mengapresiasi PLN EPI yang mulai membuka ruang kolaborasi dan melibatkan pekerja dalam kebijakan perusahaan. “Kami ingin hadir bukan sekadar menuntut, tapi juga berkontribusi untuk keberlanjutan perusahaan dan lingkungan kerja yang sehat,” tambahnya.

Menata Masa Depan Ketenagakerjaan Berbasis ESG

Diskusi ini menjadi sinyal penting bahwa keberlanjutan dalam dunia kerja tidak hanya ditentukan oleh teknologi atau kebijakan pemerintah, tetapi juga oleh seberapa besar pelibatan pekerja dalam proses perubahan. ESG dalam ketenagakerjaan tidak lagi menjadi jargon, tetapi sebuah arah masa depan yang memerlukan kolaborasi aktif antar pemangku kepentingan.(ESG-1)

Related posts