ESG News. PT PLN (Persero) menyatakan komitmennya untuk mengawal target pemerintah dalam menambah kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) hingga 75 Gigawatt (GW) dalam 15 tahun mendatang. Untuk mencapai target ambisius ini, PLN mengajak kolaborasi dari berbagai pihak guna menyediakan pendanaan hijau untuk pembangunan pembangkit energi bersih yang berkelanjutan, sekaligus menurunkan emisi karbon.
Dalam diskusi panel di World Bank Pavillion COP29 di Baku, Azerbaijan, Dementrios Papathanasiou, Global Director of Energy & Extractives World Bank, menegaskan bahwa keberhasilan transisi energi di Indonesia sangat bergantung pada kinerja utilitas listrik seperti PLN. “Diperlukan penguatan finansial dan operasional PLN agar investasi energi bersih bisa terus ditingkatkan dan berkelanjutan,” kata Dementrios.
Kolaborasi Sektor Publik dan Swasta untuk Pembiayaan Hijau
Valerie Levkov, Global Director of Energy, Mining & Sustainable Infrastructure Advisory di International Finance Corporation (IFC), juga menyoroti pentingnya peran sektor swasta dalam mendukung pembiayaan hijau. “Sektor swasta dapat membawa kapasitas pembiayaan dan teknologi inovatif, seperti penyimpanan energi skala besar, yang dapat mempercepat integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan,” ujarnya. Namun, Valerie menekankan bahwa regulasi yang stabil dan transparansi tender sangat penting untuk menarik investasi sektor swasta.
Langkah Strategis PLN Menuju Net Zero Emissions
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi, menyatakan bahwa pencapaian target EBT memerlukan investasi besar dan sinergi lintas sektor. “Kami tengah merancang strategi dekarbonisasi dengan target net zero emissions pada 2060. Salah satu upaya utama adalah pembangunan jaringan transmisi sepanjang 70.000 kilometer untuk mendistribusikan listrik hijau ke pusat permintaan,” kata Evy.
PLN mengidentifikasi tantangan geografis Indonesia yang unik, di mana banyak sumber daya EBT terletak di pulau-pulau terpencil, sementara pusat permintaan listrik berada di wilayah perkotaan. “Interkoneksi antar pulau menjadi prioritas untuk memaksimalkan potensi EBT dan memastikan pasokan energi yang merata,” lanjutnya.
Pendanaan Hijau sebagai Katalis Pengembangan EBT
Untuk memenuhi kebutuhan investasi yang signifikan, PLN menyoroti pentingnya pendanaan hijau, seperti Green Bond dan pinjaman berkelanjutan. Kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga internasional diharapkan dapat mempercepat pengembangan infrastruktur EBT di Indonesia.
“Dukungan finansial dari berbagai pihak akan menjadi kunci bagi transisi energi yang sukses. Kami mengajak semua pihak—mulai dari sektor swasta, lembaga keuangan, hingga pemerintah—untuk bersama-sama mencapai target transisi energi ini,” pungkas Evy.
Melalui langkah-langkah ini, PLN berkomitmen mendukung visi pemerintah dalam menciptakan masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia, sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan target net zero emissions. (RO/ESG-1)