ESG News – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 tercatat sebesar 2,29 persen, sesuai dengan target yang ditetapkan. Secara nominal, defisit mencapai Rp507,8 triliun, lebih rendah dari target awal Rp522,8 triliun.
“Defisit kita 2,29 persen,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN 2024 di Jakarta, Senin.
Meski penerimaan pajak dan bea cukai tidak mencapai target, kinerja pendapatan negara secara keseluruhan tetap tumbuh. Realisasi pendapatan negara mencapai Rp2.842,5 triliun, tumbuh 2,1 persen secara tahunan (yoy) dan lebih tinggi dari target APBN sebesar Rp2.802,3 triliun.
Penerimaan Pajak di Bawah Target, tetapi Lebih Baik dari Proyeksi
Penerimaan pajak sementara tercatat sebesar Rp1.932,4 triliun, atau 97,2 persen dari target Rp1.988,9 triliun. Meski tidak mencapai target awal, angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi semester lalu yang sebesar Rp1.921,9 triliun.
“Meski penerimaan pajak mengalami tekanan, kita bisa pulihkan kembali. Tidak mencapai target awal, tapi lebih baik dari laporan semester kita,” kata Sri Mulyani.
Secara tahunan, penerimaan pajak tumbuh 3,5 persen dibandingkan 2023. Menurut Sri Mulyani, ini menjadi pencapaian yang patut disyukuri, mengingat tekanan harga komoditas yang melandai sepanjang 2024.
Kinerja Bea Cukai Mengalami Tekanan Serupa
Penerimaan bea dan cukai sementara mencapai Rp300,2 triliun, lebih rendah dari target Rp321 triliun. Namun, angka ini masih lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar Rp296,5 triliun. Kinerja bea cukai juga menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen.
PNBP Melampaui Target
Pendapatan negara bukan pajak (PNBP) menjadi penopang utama dengan realisasi mencapai Rp579,5 triliun, jauh melampaui target Rp492 triliun.
“Tiga pendapatan negara kita dalam situasi yang begitu rentan, tidak pasti, dan dengan tekanan bertubi-tubi, masih terjaga. Pendapatan negara tetap tumbuh dibandingkan 2023 yang mengalami commodity boom. Ini patut kita syukuri,” jelas Menkeu.
Belanja Negara di Atas Target, tetapi Terkendali
Realisasi sementara belanja negara mencapai Rp3.350,3 triliun, tumbuh 7,3 persen secara tahunan, dan lebih tinggi dari target APBN 2024 sebesar Rp3.325,1 triliun. Meski demikian, angka ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar Rp3.412,2 triliun.
Belanja pemerintah pusat (BPP) tercatat Rp2.486,7 triliun, naik dari target Rp2.467,5 triliun. Namun, terjadi pergeseran pada belanja kementerian/lembaga (K/L) dan non-K/L. Realisasi belanja K/L meningkat menjadi Rp1.315,0 triliun dari target Rp1.090,8 triliun, sementara belanja non-K/L turun menjadi Rp1.171,7 triliun dari target Rp1.376,7 triliun.
Transfer ke daerah (TKD) terealisasi sebesar Rp863,5 triliun, lebih tinggi dari target Rp857,6 triliun.
Defisit dan Keseimbangan Primer Terkendali
Realisasi sementara keseimbangan primer berhasil ditekan menjadi Rp19,4 triliun, mendekati target Rp25,5 triliun, dan jauh lebih baik dari proyeksi semester lalu sebesar Rp110,8 triliun.
Pembiayaan anggaran tercatat sebesar Rp553 triliun, dengan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) sebesar Rp45,4 triliun.
Sri Mulyani menyatakan bahwa meskipun terdapat tekanan pada penerimaan, kinerja keseluruhan APBN 2024 tetap solid dan sesuai target. “Defisit terjaga, pendapatan tumbuh, dan belanja negara terkendali. Ini akan terus kita jaga untuk menjaga stabilitas fiskal,” tutupnya. (ESG-1)