ESG News — Pasar saham Indonesia diperkirakan akan menghadapi tekanan signifikan dalam beberapa hari ke depan, seiring dampak penurunan tajam yang terjadi di pasar global, terutama di Bursa Efek Hong Kong (Hang Seng) yang jatuh hingga 9% awal pekan ini.
Menurut riset terbaru Pewarta Institute, efek domino dari melemahnya pasar global sangat mungkin akan mendorong akumulasi tekanan di Bursa Efek Indonesia, bahkan berpotensi memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) apabila koreksi mencapai ambang batas 5%atau 8% berdasarkan aturan yang baru.
Minim Intervensi: Market Maker dan Buyback Pasif
Pewarta Institute mencatat tidak adanya sinyal intervensi signifikan dari market maker dalam menahan kejatuhan indeks. Di sisi lain, aksi buyback oleh emiten masih bersifat terbatas dan cenderung wait-and-see.
“Ketiadaan intervensi aktif membuat pasar lebih rentan terhadap tekanan global, terutama di tengah sentimen negatif yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda,” demikian disampaikan dalam laporan riset tersebut.
Ancaman Trading Halt dan Potensi Kepanikan
Berdasarkan simulasi teknis, trading halt kedua berpeluang terjadi pada sesi kedua perdagangan Selasa (8/4) apabila penurunan indeks mencapai 15% sesuai protokol bursa. Ini dapat memicu kepanikan di kalangan investor ritel maupun institusi pada perdagangan esok harinya. Pernyataan dari otoritas moneter dan fiskal yang membangkitkan optimisme pelaku pasar diharapkan dapat menahan kejatuhan indeks lebih dalam lagi.
Fund Manager Asing Mulai Tarik Modal
Salah satu indikator tekanan yang patut dicermati adalah pergerakan investor asing. Pewarta Institute memperkirakan bahwa sejumlah fund manager global telah mulai mengurangi eksposur mereka terhadap saham Indonesia — menyusul tren pelemahan di berbagai bursa dunia serta meningkatnya volatilitas.
Berdasarkan data penutupan perdagangan akhir Maret 2025, nett sell asing mencapai Rp29,92 triliun. Dengan makin bergejolaknya pasar global karena tindakan saling balas atau retaliasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat, aliran dana asing bakal makin deras keluar karena mereka akan mencapai safe haven asset seperti emas ataupun surat utang negara negara maju yang memberikan imbal hasil menarik. Ditambah lagi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang diperkirakan menembus level Rp17.000 menambah daya investor keluar dari pasar saham Indonesia.
Dampak pada IHSG dan Sentimen Investor
Penurunan posisi asing diprediksi akan menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih lanjut. Hal ini tidak hanya berdampak pada pergerakan teknikal, tetapi juga memperburuk sentimen investor domestik, terutama mereka yang memiliki profil risiko rendah.
Rekomendasi dan Peringatan untuk Investor
Pewarta Institute mengimbau investor untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menyikapi dinamika pasar saat ini. Evaluasi portofolio dan strategi lindung nilai (hedging) menjadi langkah krusial untuk meminimalisir risiko dalam kondisi yang belum stabil.
“Saat ini adalah momen krusial untuk menahan diri dari aksi spekulatif dan fokus pada manajemen risiko. Kondisi pasar sangat dinamis, dan kehati-hatian adalah kunci,” tutup laporan Pewarta Institute. (ESG-1)