ESG News – Pasar saham domestik mengalami tekanan signifikan hingga akhir Februari 2025. Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 11,80 persen month-to-date (mtd) ke level 6.270,60. Kapitalisasi pasar juga tercatat turun 11,68 persen mtd menjadi Rp10.879,86 triliun. Selain itu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp18,19 triliun mtd.
Secara sektoral, indeks saham sektor energi dan infrastruktur mencatatkan penurunan terbesar sepanjang Februari 2025. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham mencapai Rp11,60 triliun secara year-to-date (ytd), meningkat dibandingkan dengan Januari 2025 yang tercatat sebesar Rp10,71 triliun.
Di pasar obligasi, kinerja lebih stabil dengan indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,14 persen mtd ke level 400,21. Yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata turun 13,61 basis poin (bps) mtd, sedangkan investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp8,86 triliun mtd. Hal ini menunjukkan minat yang tetap kuat terhadap instrumen pendapatan tetap, meskipun pasar saham mengalami tekanan.
Untuk pasar obligasi korporasi, investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp0,21 triliun secara mtd dan Rp0,99 triliun secara ytd. Sementara itu, di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp822,65 triliun pada 28 Februari 2025, mengalami penurunan sebesar 0,78 persen mtd atau 2,16 persen ytd. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana juga tercatat turun 1,31 persen mtd menjadi Rp490,26 triliun, dengan net subscription sebesar Rp3,03 triliun mtd.
Meskipun kondisi pasar modal mengalami tekanan, penghimpunan dana di pasar modal tetap berada dalam tren positif. Hingga akhir Februari 2025, nilai Penawaran Umum mencapai Rp20,74 triliun yang terdiri dari 1 Penawaran Umum Terbatas dan 11 Penawaran Umum Berkelanjutan. Selain itu, masih terdapat 123 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp42,56 triliun.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi di pasar modal, investor tetap diharapkan untuk mencermati kondisi ekonomi makro dan faktor global yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar ke depan. (ESG-1)