ESG News – Upaya memperkuat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia terus dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kali ini, langkah strategis tersebut menyasar langsung kalangan perempuan dan pelaku UMKM di Sumatera Selatan melalui program edukatif bertajuk Sahabat Ibu Cakap Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (SICANTIKS).
Mengangkat tema “Perempuan Berdaya, Masyarakat Sejahtera,” kegiatan ini dihelat secara luring dan daring, melibatkan 100 anggota Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Selatan dan 400 Pendamping UMKM dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) secara langsung di lokasi, serta lebih dari 4.900 peserta daring dari seluruh wilayah regional Sumatera. Kegiatan ini bukan hanya menjadi forum pembelajaran, tetapi juga wadah pemberdayaan perempuan agar mampu menjadi agen literasi keuangan di komunitasnya masing-masing.
Dalam sambutannya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menegaskan pentingnya peran perempuan dalam memperkuat fondasi keuangan rumah tangga. Ia menyebut bahwa perempuan adalah madrasah pertama bagi keluarganya, sehingga menempatkan mereka sebagai segmen prioritas dalam program literasi keuangan merupakan langkah yang strategis. Edukasi keuangan tidak hanya menjadi alat untuk memberdayakan ekonomi perempuan, tetapi juga untuk membentuk generasi yang melek finansial sejak dini.
Friderica juga mengingatkan peserta tentang berbagai ancaman digital yang tengah marak, seperti pinjaman online ilegal, investasi bodong, hingga modus penipuan berbasis teknologi seperti scam dan deepfake AI. Oleh karena itu, ia mendorong seluruh peserta untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang risiko dan cara melindungi diri dari kejahatan keuangan digital.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Selatan, Feby Herman Deru, mengapresiasi langkah OJK yang dinilainya sangat tepat sasaran. Menurutnya, banyak keluarga yang secara ekonomi sebenarnya mencukupi, namun karena minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, tetap terjebak dalam siklus kerentanan finansial. Feby berharap para kader PKK yang mengikuti kegiatan ini mampu menjadi agen perubahan yang menyebarkan pemahaman finansial hingga ke tingkat keluarga dan lingkungan sosial terkecil.
Dukungan terhadap program SICANTIKS juga datang dari DPR RI. Wakil Ketua Komisi XI, Fauzi Amro, menyebut bahwa program ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), yang mewajibkan pelaku industri jasa keuangan untuk berperan aktif dalam meningkatkan literasi masyarakat. Ia menyampaikan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional saat ini menunjukkan tren positif—literasi keuangan meningkat dari 65% menjadi 66%, sementara inklusi keuangan naik dari 75% menjadi 80%. Kenaikan ini disebut Fauzi sebagai bukti efektivitas program edukasi keuangan yang digerakkan oleh OJK bersama mitra strategisnya.
Program SICANTIKS merupakan hasil kolaborasi antara OJK dan PT PNM yang akan terus dilanjutkan sepanjang tahun ini di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, hingga Sulawesi. Untuk mendukung keberlanjutannya, OJK telah menyiapkan modul edukasi yang dapat diakses oleh para peserta dan agen literasi, mencakup pemahaman dasar keuangan syariah, pengelolaan keuangan keluarga yang bijak, serta langkah-langkah perlindungan terhadap risiko kejahatan keuangan berbasis teknologi.
Turut hadir dalam acara tersebut jajaran pimpinan dari PT PNM seperti Komisaris Independen Nurhaida dan Direktur Utama Arief Mulyadi, Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan Arifin Susanto, serta Plt. Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, M. Ismail Riyadi.
Dengan semangat kolaborasi dan pemberdayaan, SICANTIKS menjadi refleksi nyata bahwa literasi keuangan bukan hanya soal angka dan produk, tetapi tentang mempersiapkan masyarakat yang tangguh, cerdas, dan adaptif di tengah tantangan zaman yang terus berubah. (ESG-1)