OJK Dorong Penguatan Peran Perbankan Daerah dan Syariah untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae. (ESG News)

ESG News – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan dan penguatan peran perbankan daerah, termasuk perbankan syariah, guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menekankan bahwa perbankan daerah harus lebih aktif memainkan perannya agar perkembangannya selaras dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan regional. “Kami mengharapkan sinergi antara Bank Indonesia, OJK, serta lembaga terkait lainnya dapat semakin diperkuat,” ujar Dian dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (25/3).

Peran Strategis Perbankan Daerah

OJK menilai bahwa perbankan daerah memiliki potensi besar dalam mendukung perekonomian wilayah masing-masing. Hal ini selaras dengan mandat OJK dalam menciptakan dan mengembangkan sumber ekonomi baru di daerah. Dalam rangka mendukung peran perbankan daerah, OJK telah meluncurkan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027 serta Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR BPRS 2024-2027.

Pada Pertemuan Industri Tahunan Jasa Keuangan 2025, OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan pada tahun 2025 berada di kisaran 9-11%, dengan peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 6-8%. Proyeksi ini mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional meskipun masih dihadapkan pada ketidakpastian global dan tensi geopolitik.

Kinerja Perbankan Nasional dan Syariah

Data terbaru OJK menunjukkan bahwa industri perbankan nasional tetap stabil dengan pertumbuhan aset bank umum sebesar 6,34% year on year (yoy) pada Januari 2025, mencapai Rp12.410,7 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit melanjutkan tren positif sebesar 10,27% yoy menjadi Rp7.782,2 triliun. DPK perbankan juga tumbuh sebesar 5,51% yoy menjadi Rp8.879,3 triliun.

Perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang positif dengan total aset tumbuh 9,17% yoy menjadi Rp948,2 triliun, mencatatkan market share sebesar 7,5%. Penyaluran pembiayaan syariah naik 9,77% yoy menjadi Rp639,1 triliun, sementara DPK yang berhasil dihimpun mencapai Rp737,4 triliun atau tumbuh 9,85% yoy.

Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) juga mencatat pertumbuhan stabil. Kredit atau pembiayaan di sektor ini meningkat 5,41% yoy menjadi Rp166,4 triliun, sementara DPK tumbuh 8,70% yoy menjadi Rp166,5 triliun per Desember 2024.

Prospek Perbankan di Solo Raya

Di tingkat regional, OJK mencatat bahwa perbankan di Solo Raya juga mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Total aset perbankan di wilayah ini naik 2,29% yoy menjadi Rp119,53 triliun, meskipun terjadi kontraksi pada penyaluran kredit sebesar -2,64% yoy menjadi Rp103,6 triliun. Namun, penghimpunan DPK tetap tumbuh 3,1% yoy menjadi Rp97,8 triliun, menunjukkan adanya ruang perbaikan untuk pemulihan pembiayaan di tengah kondisi likuiditas yang ketat.

Melalui berbagai inisiatif strategis, OJK optimis bahwa perbankan daerah, termasuk perbankan syariah, dapat terus berkembang dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih kuat dan berkelanjutan. (ESG-1)

 

Related posts