ESG News – Kerjasama antara Jepang dan negara-negara ASEAN semakin memperkuat inisiatif ESG melalui perdagangan karbon sebagai strategi utama untuk mencapai netralitas karbon dan mengatasi perubahan iklim. Negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mulai mengembangkan pasar karbon yang diproyeksikan mampu menghasilkan potensi aktivitas ekonomi senilai 10 miliar USD per tahun pada 2030.
Salah satu langkah utama dalam kerangka ini adalah penerapan Joint Crediting Mechanism (JCM) Jepang, yang dirancang untuk mendukung proyek pengurangan emisi di ASEAN. Melalui JCM, Jepang dapat mengakui kredit karbon yang dihasilkan oleh proyek-proyek tersebut sebagai bagian dari target nasionalnya. Hingga saat ini, tujuh negara ASEAN, termasuk Kamboja, Thailand, dan Filipina, telah bergabung dalam inisiatif ini, membuka jalan menuju pasar karbon regional yang terintegrasi.
Tantangan yang Dihadapi ASEAN
Meskipun potensi besar terlihat, ASEAN menghadapi berbagai tantangan, seperti regulasi yang terfragmentasi, mekanisme pasar karbon yang masih dalam tahap awal, dan kesenjangan dalam sistem pemantauan, pelaporan, dan verifikasi (MRV). Beberapa negara seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar belum memiliki kebijakan harga karbon, sementara negara-negara lain menghadapi partisipasi pasar yang rendah dan skeptisisme publik. Di Jepang, sifat sukarela dari skema perdagangan karbon membatasi dampaknya, meskipun upaya untuk memperkuat kerangka wajib sedang berlangsung.
Solusi untuk Masa Depan
Untuk mengatasi hambatan ini, diperlukan kerangka regulasi yang kuat dengan pengawasan ketat guna memastikan pengurangan emisi yang kredibel. Harmonisasi standar regional dan protokol MRV menjadi kunci bagi transaksi lintas batas yang efektif. Contoh dari Indonesia, yang mewajibkan perdagangan karbon untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, menunjukkan pentingnya pendekatan spesifik sektor.
Meskipun perdagangan karbon dapat melengkapi upaya pengurangan emisi, diperlukan kerangka kerja yang adil untuk mencegah pergeseran beban lingkungan atau meningkatnya kesenjangan sosial. Integrasi perdagangan karbon dengan strategi iklim nasional, seperti Strategi Netral Karbon ASEAN, akan memastikan transisi yang seimbang.
Melalui kolaborasi yang mendalam antara Jepang dan ASEAN, fondasi pasar karbon berkelanjutan sedang dibangun. Upaya ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperkuat kepemimpinan ESG regional menuju masa depan netral karbon. (ESG-1)
Sumber:
Making Carbon Trading Work: Exploring Collaboration Between Japan and ASEAN Countries
Toward ASEAN’s Carbon Neutral Future
Regional Collaboration in Carbon Trading