Gapki Perkuat Ketahanan Iklim Melalui Rehabilitasi Mangrove di Tangerang

Gapki menerima penghargaan “Outstanding Conserving Sustainable Nature” atas kiprahnya dalam mendorong ketahanan iklim. (Dok.Gapki)

ESG News – Hutan mangrove memiliki peran krusial dalam mendukung ketahanan iklim, melestarikan ekosistem pantai, dan mencegah abrasi. Menyadari pentingnya peran ini, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) terus menunjukkan komitmennya melalui rehabilitasi mangrove. Dalam kegiatan Kampanye Semakin Hijau yang digagas oleh Radio Elshinta di Desa Ketapang, Kabupaten Tangerang, Gapki dianugerahi penghargaan “Outstanding Conserving Sustainable Nature” atas kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan.

Kolaborasi Penanaman Mangrove dan Pelepasliaran Mimi
Acara yang berlangsung di Ketapang Urban Aquaculture pada Rabu (4/12) ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Tangerang, PLN, komunitas pecinta lingkungan, dan sejumlah universitas seperti UI, IPB, UIN, dan Yarsi. Secara serempak, peserta menanam mangrove sekaligus melepasliarkan 64 ekor Mimi, atau belangkas, hewan laut purba yang kini terancam punah.

Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, menegaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan menjadi bagian integral dari visi Gapki. “Meskipun fokus kami pada kelapa sawit, kami juga memiliki tanggung jawab besar terhadap pelestarian lingkungan. Penanaman mangrove adalah langkah nyata kami untuk meningkatkan ketahanan iklim dan mendukung ekosistem pantai yang sehat,” ujar Mukti.

Selain di Tangerang, Gapki sebelumnya telah merehabilitasi 50 hektar hutan mangrove di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, yang menjadi wilayah dengan tingkat abrasi pantai tertinggi di provinsi tersebut. Langkah ini tidak hanya melindungi pantai dari abrasi tetapi juga menciptakan habitat alami bagi beragam biota laut dan burung.

Desa Ketapang: Pusat Riset Mangrove Masa Depan
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang, Soma Atmaja, mengungkapkan bahwa Desa Ketapang akan menjadi pusat riset mangrove bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). “Desa Ketapang telah menjadi model rehabilitasi mangrove sejak 2014. Upaya ini bahkan mendapat perhatian dari lembaga dunia seperti Bank Dunia dan UNDP,” ungkapnya.

Soma juga menyampaikan pesan penting tentang tanggung jawab lingkungan untuk generasi mendatang. “Bumi ini bukan warisan dari nenek moyang kita, melainkan titipan untuk anak cucu. Tidak ada kata terlambat untuk menanam pohon dan memulihkan alam kita,” imbuhnya.

Hutan Mangrove: Benteng Alami dan Rumah Kehidupan
Pemimpin Redaksi Radio Elshinta, Haryo Ristamaji, menyoroti pentingnya edukasi lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran mangrove. “Hutan mangrove adalah benteng alami kita terhadap gelombang ekstrem. Selain mencegah abrasi, mangrove menciptakan ekosistem yang kaya akan biota laut, burung, dan hewan-hewan lainnya,” jelasnya.

Salah satu contohnya adalah Mimi, atau belangkas, hewan laut purba yang kini kembali muncul di Desa Ketapang berkat rehabilitasi mangrove. Hewan ini, yang hidup di perairan payau, menjadi indikator keberhasilan ekosistem mangrove yang sehat di wilayah tersebut.

Dengan penghargaan ini, Gapki kembali menunjukkan bahwa tanggung jawab lingkungan dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan sektor industri. Melalui rehabilitasi mangrove, Gapki bersama mitra-mitra kolaborasinya menciptakan warisan hijau yang tidak hanya berdampak pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir. (RO/ESG-1)

Related posts