ESG News – PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA), emiten energi dan kimia yang mengoperasikan kilang LPG dan pabrik amoniak, resmi mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp10 per saham dengan total nilai mencapai Rp172,26 miliar. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan pembagian dividen tahun sebelumnya. Keputusan tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada hari ini.
Dividen ini menjadi yang keempat kalinya dibagikan secara berturut-turut oleh ESSA, mencerminkan posisi keuangan perusahaan yang semakin kuat. Hingga akhir 2024, ESSA mencatat posisi kas sebesar USD 63 juta dan berhasil menyelesaikan seluruh kewajiban keuangan, menempatkan perusahaan pada kondisi tanpa utang.
Presiden Direktur & CEO ESSA, Kanishk Laroya, mengatakan bahwa pembagian dividen yang lebih besar ini merupakan bentuk nyata komitmen Perseroan dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.
“Kombinasi antara peningkatan margin dan langkah deleveraging yang signifikan memungkinkan kami membagikan imbal hasil yang lebih tinggi. Di saat yang sama, kami tetap menjaga stabilitas operasional dan mempercepat rencana pertumbuhan, sejalan dengan komitmen kami untuk menjadi pelaku utama dalam transisi menuju energi berkelanjutan,” ujarnya.
Fokus ke Proyek Rendah Karbon dan SAF
ESSA saat ini juga tengah menjalankan dua proyek strategis berbasis keberlanjutan yang diproyeksikan menjadi pilar pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Pertama, Transformasi Pabrik Amoniak Rendah Karbon. ESSA menargetkan penyerapan karbon sebesar 1 juta ton CO₂ per tahun melalui proyek konversi pabrik amoniak yang akan diluncurkan secara komersial pada kuartal IV 2028. Transformasi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang ESSA untuk menurunkan emisi dan mendukung target net-zero nasional.
Dan kedua, Pembangunan Fasilitas Sustainable Aviation Fuel (SAF). Melalui anak perusahaan PT ESSA SAF Makmur (ESM), ESSA akan membangun fasilitas manufaktur greenfield berteknologi tinggi di Jawa Tengah. Fasilitas ini akan memproduksi hingga ±200.000 metrik ton SAF per tahun, dan dijadwalkan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal I 2028.
Langkah ini menempatkan ESSA sebagai salah satu pionir di industri bahan bakar terbarukan di Indonesia, khususnya dalam pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang kini semakin banyak diminati secara global.
Dengan kinerja keuangan yang solid dan portofolio proyek masa depan yang berbasis transisi energi, ESSA menunjukkan arah strategis yang jelas: memperkuat fundamental perusahaan sembari merespons kebutuhan dunia akan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. (ESG-1)