Ekonomi Indonesia 2025: Implementasi Program dan Anggaran Jadi Kunci

Warga menyiapkan makanan tamahan bergizi bagi para siswa sekolah. Implementasi program yang efektif dan anggaran yang transparan akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemerintah.(dok.ist)

ESG News – Indonesia memasuki tahun 2025 dengan kondisi ekonomi yang masih menghadapi tantangan struktural. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, daya beli yang melemah, serta sektor produktif yang belum optimal menjadi tantangan utama bagi pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Data dari Indonesia Economic Outlook Q1-2025 yang diterbitkan oleh Kelompok Kajian Makroekonomi, Keuangan, dan Ekonomi Politik menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia pada Q3 2024 turun menjadi 4,95%, lebih rendah dibandingkan dengan 5,05% di Q2. Inflasi juga mencapai titik terendah sejak 1958, yaitu 1,55% (y.o.y.), yang mencerminkan lemahnya permintaan domestik. Meski begitu, investasi dalam negeri dan asing mengalami pertumbuhan positif, didorong oleh kebijakan pro-investasi pemerintah.

Pemerintahan Prabowo telah meluncurkan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang berfokus pada infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ketahanan ekonomi. Salah satu program andalan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk mengatasi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan anggaran IDR450 triliun selama lima tahun, program ini ditargetkan menjangkau 83 juta penerima, termasuk anak sekolah dan kelompok rentan lainnya .

Selain itu, pemerintah berencana merenovasi 9.300 sekolah dan 2.120 madrasah guna meningkatkan kualitas pendidikan dan akses belajar. Program Sekolah Unggulan Terintegrasi juga diluncurkan untuk memperkuat pendidikan berbasis STEM, dengan target pembangunan 40 sekolah hingga 2029 .

Di sektor kesehatan, program Cek Kesehatan Gratis dicanangkan untuk meningkatkan deteksi dini penyakit kronis. Dengan alokasi anggaran IDR3,2 triliun, program ini menargetkan pemeriksaan kesehatan bagi 60 juta warga di tahun pertama. Upaya pengentasan Tuberkulosis (TBC) juga menjadi prioritas, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TBC terbesar kedua di dunia setelah India .

Di sektor ekonomi, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,0%–5,1% pada 2025 dengan strategi peningkatan investasi, stabilisasi nilai tukar, dan penguatan sektor industri. Namun, ancaman dari faktor eksternal, seperti perang dagang global dan ketidakpastian kebijakan moneter AS, dapat menjadi hambatan yang perlu diantisipasi dengan kebijakan ekonomi yang lebih adaptif .

Pemerintah juga menargetkan ketahanan pangan melalui program Lumbung Pangan Nasional dengan investasi besar di sektor pertanian dan perluasan lahan produksi. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor dan menjaga stabilitas harga pangan .

Meski memiliki agenda ambisius, keberhasilan program-program ini akan sangat bergantung pada implementasi yang efektif dan pengelolaan anggaran yang transparan. Tantangan ekonomi global dan kondisi domestik yang belum stabil menjadi faktor utama yang akan menentukan apakah Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang (ESG-1).

 

Related posts