ESG News— Dua perusahaan keluarga asal Indonesia kembali mencatatkan prestasi di kancah internasional. Bank Central Asia (BCA) dan Gudang Garam berhasil masuk dalam daftar 500 Bisnis Keluarga Terbesar di Dunia versi EY dan University of St. Gallen tahun 2025. Peringkat ini menyoroti peran penting bisnis keluarga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global dan berkelanjutan.
Secara global, 500 perusahaan keluarga terbesar mencetak pendapatan gabungan sebesar US$8,8 triliun, naik 10% dibanding edisi sebelumnya di tahun 2023. Jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB), total pendapatan itu setara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok.
Indonesia menyumbang dua nama besar dalam daftar prestisius ini, dengan pendapatan gabungan lebih dari US$15 miliar dan total tenaga kerja lebih dari 53.000 orang.
Gudang Garam dan BCA Tunjukkan Ketangguhan Bisnis Keluarga Indonesia
PT Gudang Garam Tbk berada di peringkat 258, dengan pendapatan sebesar US$7,82 miliar dan mempekerjakan sekitar 28.000 karyawan. Didirikan pada tahun 1958 oleh keluarga Wonowidjojo, perusahaan ini tetap mempertahankan lebih dari 75% hak suara, memperlihatkan kontrol kuat dalam arah strategis perusahaan.
Gudang Garam terus fokus pada diversifikasi produk sambil mempertahankan kekuatan di lini kretek. Komitmen terhadap kualitas dan loyalitas pelanggan menjadikan perusahaan ini sebagai simbol ketahanan industri konsumsi Indonesia.
Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) menempati peringkat 266, mencatat pendapatan US$7,38 miliar dengan jumlah karyawan sekitar 25.000 orang. Keluarga Hartono, sebagai pemilik mayoritas, memegang lebih dari 50% hak suara yang memungkinkan mereka menjaga nilai-nilai keluarga dalam pengelolaan perusahaan.
BCA dikenal sebagai pionir dalam transformasi digital di sektor perbankan. Fokusnya pada inovasi dan layanan pelanggan menjadikan BCA sebagai pilihan utama generasi muda Indonesia, sekaligus menjaga kepercayaan pelanggan lama lewat jaringan cabang yang tetap kuat.
Asia Tenggara Semakin Diperhitungkan di Kancah Global
Menurut laporan EY, total 17 perusahaan keluarga dari Asia Tenggara masuk dalam daftar, termasuk Indonesia (2), Malaysia (3), Singapura (3), Thailand (4), dan Filipina (5). Total pendapatan gabungan kawasan mencapai US$146 miliar dengan total tenaga kerja mendekati 875.000 orang.
Low Bek Teng, EY Asean Family Enterprise Leader, mengatakan“Bisnis keluarga merupakan tulang punggung ekonomi ASEAN. Dengan reinvestasi keuntungan ke dalam perusahaan, mereka menunjukkan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.”
Menjaga Warisan, Mendorong Inovasi
Lebih dari 85% dari 500 perusahaan telah beroperasi lebih dari 50 tahun, dan 34% bahkan telah melewati usia satu abad. Dalam dunia bisnis yang penuh gejolak, ketahanan dan visi jangka panjang menjadi kunci kesuksesan bisnis keluarga.
Jongki Widjaja, EY Indonesia Private Leader, menyampaikan “Gudang Garam dan BCA menjadi bukti bahwa bisnis keluarga Indonesia mampu bersaing secara global, berinovasi, dan tetap relevan dalam menghadapi perubahan.” (ESG-1)