COP28: Perubahan Besar pada Sistem Pangan dan Kesehatan Global Mendapat Dukungan Global

Ilustrasi lahan pertanian yang dikembangkan di Eropa dan mengadopsi pilar ESG. (Dok.Chatgpt)

ESG News – Di tengah perundingan yang berjalan dinamis pada Konferensi Iklim COP28 di Dubai, pekan pertama menghasilkan kesepakatan penting dalam sektor pangan dan kesehatan. Lebih dari 130 negara telah menandatangani deklarasi tentang pertanian yang tangguh dan berkelanjutan, sementara 123 negara mendukung deklarasi tentang iklim dan kesehatan. Langkah ini menandai pengakuan global atas hubungan erat antara perubahan iklim, produksi pangan, dan kesehatan masyarakat.

Jennifer Morris, CEO dari The Nature Conservancy, menekankan pentingnya menempatkan petani sebagai bagian dari solusi. Menurutnya, sistem pangan global dapat menjadi bagian dari solusi iklim sekaligus mendukung kesehatan gizi masyarakat di seluruh dunia. Kesepakatan ini juga menggarisbawahi komitmen Uni Eropa (UE) sebagai salah satu penandatangan utama, yang kini harus mengintegrasikan pendekatan holistik dalam membangun sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan di tengah keputusan kebijakan agribisnis yang sedang berlangsung.

Tantangan dan Agenda Baru di Eropa

Kesepakatan ini bertepatan dengan EU Agri-Food Days Conference di Brussels pada 6-8 Desember, yang menjadi wadah diskusi antara petani, industri pangan, dan pembuat kebijakan. Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, menggarisbawahi perlunya mengintegrasikan tujuan produksi pangan, kesehatan, dan keberlanjutan, sembari mengakui tantangan seperti pandemi, krisis energi, dan inflasi yang menghantam sektor agribisnis. Dengan kontribusi 11% terhadap emisi gas rumah kaca di Eropa, sektor pertanian juga menjadi pendorong degradasi tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Meski demikian, beberapa kebijakan Eropa, seperti strategi ‘Farm to Fork’, menghadapi kritik karena pendekatan yang dinilai kurang mendukung kebutuhan petani. Contohnya adalah proposal label nutrisi “Nutri-Score,” yang memicu perdebatan di antara negara anggota karena dianggap tidak mencerminkan nilai gizi secara adil dan ilmiah. Beberapa produk lokal seperti keju warisan Eropa mendapatkan skor buruk dibandingkan dengan produk ultraprocessed.

Rekomendasi untuk Transformasi Sistem Pangan

Para ahli seperti Vivian Maduekeh dari Global Alliance for the Future of Food menyerukan pendekatan kebijakan yang lebih holistik untuk mempercepat transisi menuju sistem pangan berkelanjutan. Purnima Menon, pakar kebijakan pangan dari CGIAR, menekankan bahwa memperkuat ketahanan iklim sistem pangan dapat memastikan pasokan produk bergizi dalam jangka panjang.

Ke depan, UE diharapkan memprioritaskan aksesibilitas dan keterjangkauan pangan sehat, serta mendukung inovasi teknologi pertanian digital. Komitmen COP28 menunjukkan bahwa perubahan yang lebih kolaboratif dan bottom-up diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada. (ESG-1)

Artikel ini merujuk pada laporan dari beberapa sumber, termasuk artikel di ESG Today dan KnowESG.

Related posts