Bursa Karbon Mulai Menggeliat, Volume Transaksi IDXCarbon Tembus Rekor Regional

Ilustrasi bursa karbon di Indonesia. (chatgpt)

Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencetak rekor baru. Selama kuartal I-2025, volume perdagangan karbon yang tercatat di bursa ini mencapai 690.675 ton CO₂e (ton ekuivalen karbon dioksida)—melampaui total transaksi sepanjang 2024 dan bahkan sejak pertama kali beroperasi pada 26 September 2023.

“Statistik ini secara umum memberikan optimisme pada prospek perdagangan karbon di Indonesia,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, di Jakarta, Senin (21/4).

Untuk perbandingan, sepanjang 2024 total transaksi hanya menyentuh 413.764 tCO₂e, sementara di tahun sebelumnya tercatat 494.254 tCO₂e. Lonjakan signifikan di awal tahun ini memperkuat posisi IDXCarbon sebagai salah satu bursa karbon paling aktif di kawasan Asia.

Indonesia Incar Pusat Perdagangan Karbon Asia

IDXCarbon, yang dikelola oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI), terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Kementerian/Lembaga (K/L) terkait guna memperkuat ekosistem perdagangan karbon nasional. Ambisinya tidak kecil: menjadikan Indonesia sebagai hub perdagangan karbon regional, bahkan global.

“Dengan menjalin kolaborasi bersama berbagai pemangku kepentingan, perdagangan karbon di Indonesia akan terus tumbuh dan berkontribusi signifikan dalam mendukung pencapaian target penurunan emisi nasional,” tegas Kautsar.

Sejalan dengan itu, jumlah Pengguna Jasa IDXCarbon meningkat 22% sepanjang kuartal pertama 2025, dari 91 menjadi 111 pengguna aktif.

Momentum Baru: Perdagangan Internasional Karbon Dimulai

Langkah besar juga terjadi pada 20 Januari 2025, saat Indonesia meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon melalui IDXCarbon. Kolaborasi ini melibatkan KLH/BPLH, OJK, dan BEI, menandai tonggak penting dalam internasionalisasi pasar karbon Indonesia.

Dalam peluncuran tersebut, lima proyek emisi dari sektor energi mendapatkan otorisasi untuk diperdagangkan di pasar internasional. Proyek-proyek tersebut meliputi:

  1. PLTGU Priok Blok 4 (gas bumi)

  2. Konversi PLTGU Grati Blok 2 dari Single Cycle ke Combined Cycle

  3. PLTM Gunung Wugul (tenaga air)

  4. PLTGU PJB Muara Karang Blok 3 (gas bumi)

  5. Konversi PLTGU Muara Tawar Blok 2 ke Combined Cycle

Secara keseluruhan, hingga saat ini tersedia 2,2 juta tCO₂e dari tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang telah dapat diperdagangkan di IDXCarbon.

Pasar Karbon: Dari Regulasi Menuju Aksi

Perdagangan karbon bukan hanya soal angka. Ia menjadi bagian dari komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai target Nationally Determined Contribution (NDC). Dengan pasar yang makin likuid dan proyek yang semakin bervariasi, potensi ekonomi dari skema ini pun makin terbuka lebar.

IDXCarbon pun berjanji akan terus mendorong likuiditas, memperluas jangkauan pasar—baik domestik maupun internasional—serta tetap selaras dengan kebijakan pemerintah.

Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia akan memainkan peran kunci dalam lanskap perdagangan karbon dunia. (ESG-1)

Related posts