BTN Resmi Akuisisi BVIS, Spin-Off BTN Syariah Dorong Ekosistem Keuangan Syariah yang Inklusif

Dirut BTN Nixon LP Napitupulu memberikan penjelasan mengenai perkembangan Spin Off BTN Syariah. (dok.BTN)

ESG News – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) resmi menandatangani Akta Jual Beli dan Pengambilalihan Saham PT Bank Victoria Syariah (BVIS) sebagai bagian dari proses strategis memisahkan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri. Aksi korporasi ini ditujukan untuk mendukung visi menjadikan BTN Syariah sebagai bank syariah terbesar kedua di Indonesia, sekaligus memperluas akses layanan keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.

Penandatanganan dilakukan pada Kamis, 5 Juni 2025 di Menara BTN 1, Jakarta, antara BTN dan pemegang saham BVIS, yakni PT Victoria Investama Tbk dan PT Bank Victoria International Tbk. Nilai akuisisi yang disepakati mencapai sekitar Rp1,5 triliun atau setara 1,4–1,5 kali nilai buku BVIS.

Dorong Ekosistem Syariah Nasional yang Lebih Kuat

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menegaskan bahwa penggabungan BTN Syariah dan BVIS akan mempercepat proses spin-off sesuai amanat regulasi OJK dan Undang-Undang P2SK. Dengan aset BTN Syariah yang telah melampaui Rp54 triliun pada akhir 2023, maka spin-off wajib dilakukan paling lambat akhir 2025.

“Ini bukan hanya pemisahan entitas, tapi penguatan ekosistem syariah secara menyeluruh. Bank ini kami desain agar inklusif, efisien, dan berbasis nilai-nilai syariah,” ujar Nixon.

Setelah resmi menjadi entitas tersendiri, BTN Syariah ditargetkan beroperasi sebagai bank BUKU 2 dengan rasio kecukupan modal (CAR) sekitar 18–19%, memungkinkan ekspansi langsung pasca spin-off. Dana untuk menopang modal ini berasal dari kas internal BTN, nilai akuisisi BVIS, serta rights issue senilai Rp1 triliun dalam waktu dekat.

Arah Baru: Digital Syariah, Inklusif, dan Berbasis Nilai

Dalam roadmap 2–3 tahun ke depan, BTN menargetkan BTN Syariah menjadi bank syariah digital progresif, dengan penguatan di segmen consumer dan retail banking. Nixon menjelaskan bahwa seluruh proses bisnis akan diarahkan ke digitalisasi penuh—lebih digital dari BTN induk—guna menjawab kebutuhan generasi muda dan segmen underserved di pasar syariah.

“Kami akan rekrut banyak tenaga IT untuk memastikan BTN Syariah mampu menjadi digital sharia bank yang unggul, bahkan sejak hari pertama pasca spin-off,” jelasnya.

Langkah digitalisasi ini juga diiringi oleh pendekatan etis dan sosial yang menjadi landasan sistem keuangan syariah: mengurangi kesenjangan akses keuangan, memperluas inklusi, serta menjunjung prinsip keadilan dan tanggung jawab sosial.

Dampak Sosial Keuangan Syariah

Transformasi ini tidak hanya memperbesar struktur bisnis BTN, tetapi juga berdampak langsung pada masyarakat. BTN Syariah sebagai bank syariah digital diharapkan menjadi instrumen penting dalam:

  • Memperluas inklusi keuangan, terutama bagi masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional

  • Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melalui pembiayaan perumahan, UMKM, dan sektor riil

  • Mewujudkan keadilan ekonomi, dengan memperkecil ketimpangan melalui prinsip syariah

  • Meningkatkan tanggung jawab sosial, karena produk dan layanan dirancang dengan etika dan transparansi

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo menambahkan, BTN Syariah akan fokus pada dua segmen utama: masyarakat syariah yang konformis dan konservatif—keduanya sangat potensial namun sering terabaikan dalam pendekatan perbankan konvensional.

“Dengan pendekatan digital dan berbasis nilai, kami ingin menciptakan layanan syariah yang lebih inklusif dan relevan,” ujar Setiyo.(ESG-1)

Related posts