Riset BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan volume penjualan semen di Indonesia akan tumbuh sebesar 2,3% secara tahunan (YoY) pada tahun fiskal 2025 (FY25). Pertumbuhan ini didorong oleh segmen semen curah yang moderat sebesar 8% YoY, sementara segmen semen kantong diproyeksikan mengalami stagnasi dengan penurunan tipis 0,3% YoY.
Meski terdapat pemulihan pada sektor ini, BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan peringkat Netral, mengingat minimnya katalis pertumbuhan signifikan, terutama akibat daya beli masyarakat yang masih lemah dan anggaran infrastruktur pemerintah yang menurun.
Prospek Penjualan: Segmen Curah Lebih Potensial
Segmen semen kantong masih menghadapi tantangan besar karena daya beli masyarakat yang lemah. Hal ini diperburuk oleh waktu implementasi program bantuan pemerintah yang relatif panjang sebelum dampaknya dirasakan di sektor konstruksi atau renovasi rumah.
Sebaliknya, segmen semen curah diprediksi tumbuh lebih moderat meski menghadapi pengurangan anggaran infrastruktur sebesar 5% YoY, termasuk pengurangan anggaran PUPR sebesar 31% YoY dan IKN Nusantara sebesar 64% YoY. BRI Danareksa Sekuritas juga mencatat bahwa program pembangunan 3 juta rumah berpotensi menjadi pendorong utama volume semen curah. Namun, dampaknya belum dimasukkan ke dalam proyeksi karena kurangnya kejelasan terkait implementasi program tersebut.
Proyeksi ASP: Kenaikan Terbatas
Harga jual rata-rata (average selling price atau ASP) semen diperkirakan hanya akan meningkat tipis sebesar 0,5%-1% YoY pada FY25. Kenaikan ini didorong oleh perbaikan harga segmen kantong sebesar 0,5%-1% YoY, yang mulai pulih dari kontraksi di FY24. Pada November 2024, harga kantong rata-rata telah meningkat sebesar 2%-3% dibandingkan level terendah pada April 2024, meskipun masih sekitar 1% lebih rendah dari Desember 2023.
Namun, perbaikan harga tersebut diperkirakan akan tertekan oleh meningkatnya proporsi penjualan segmen curah, yang memiliki harga lebih rendah. Selain itu, kontribusi merek kompetitor (tier-3 brands) yang semakin besar, mencapai 15%-25% dari total penjualan pada sembilan bulan pertama 2024, juga menekan ASP. Merek-merek ini diketahui memiliki harga 12%-25% lebih murah dibandingkan merek utama.
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan margin kotor industri semen akan tetap meningkat sebesar 30-70 basis poin (bps) pada FY25. Peningkatan ini didukung oleh sedikit kenaikan ASP campuran serta penurunan biaya bahan bakar.
Pilihan Saham Utama: INTP Tetap Jadi Favorit
BRI Danareksa Sekuritas menegaskan rekomendasi Beli untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan target harga (TP) Rp8.800 per saham. Rekomendasi ini diberikan berkat kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya operasional (opex). Sementara itu, rekomendasi Tahan tetap diberikan untuk PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan TP Rp3.900 per saham.
Risiko dan Potensi Katalis
BRI Danareksa Sekuritas melihat adanya beberapa potensi katalis yang dapat mendorong sektor ini. Salah satunya adalah realisasi program pembangunan 3 juta rumah, yang dapat meningkatkan permintaan semen. Selain itu, pemulihan daya beli masyarakat yang lebih cepat dan revisi ke atas anggaran infrastruktur pemerintah juga dapat menjadi faktor pendorong.
Di sisi lain, terdapat sejumlah risiko yang berpotensi menekan kinerja sektor ini. Penundaan program pemerintah untuk mendukung kelompok menengah ke bawah dapat memperpanjang fase pemulihan daya beli. Peningkatan ketersediaan merek tier-3 di pasar, yang menawarkan harga lebih murah, juga menjadi tantangan. Selain itu, masuknya pemain baru di industri semen dapat meningkatkan persaingan.
Dengan minimnya katalis pertumbuhan jangka pendek dan tantangan struktural di sektor ini, prospek industri semen pada FY25 tetap berada pada peringkat Netral. (ESG-1)