Apakah IHSG Masih Berpeluang Tembus 7.000 Pada Kuartal 1 Ini? Berikut Analisisnya

Ilustrasi para investor sedang memperhatikan pergerakan harga saham di bursa. (dok.chatgpt)

ESG NewsSaat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam tekanan. IHSG sejak awal tahun hingga sekarang telah turun sekitar 7,7% dan bersandar di level 6.598.  Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah IHSG masih bisa rebound dan kembali pada level 7.000-an seperti pada tahun lalu atau IHSG akan terus menukik turun hingga mencapai level 5.700 atau kondisi seperti saat covid-19 melanda. 

Tekanan Institusi Asing dan Foreign Outflow

Saat ini, beberapa institusi keuangan global telah menurunkan peringkat investasi Indonesia, yang berpotensi mempersempit Investment Pool dan menurunkan minat investor asing. Goldman Sachs dan Morgan Stanley baru-baru ini mengubah peringkat Indonesia dari overweight menjadi market weight, yang dapat mempercepat aliran dana asing keluar (foreign outflow). Diperkirakan outflow asing bisa kembali meningkat hingga IDR 20-22 triliun, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

Tantangan Fiskal dan Dampaknya pada Pasar Obligasi

Defisit fiskal Indonesia semakin melebar, terutama akibat ambisi pemerintah mencapai target GDP 8% melalui berbagai proyek investasi. Untuk membiayai program-program tersebut, pemerintah dan entitas terkait (seperti Danantara) harus menerbitkan lebih banyak Surat Utang Negara (SUN). Hal ini berisiko menciptakan over-supply obligasi di pasar, yang memaksa pemerintah menawarkan yield SUN lebih tinggi demi menarik investor.

Namun, dengan turunnya peringkat investasi, minat investor asing terhadap SUN diperkirakan menurun, sehingga institusi domestik seperti Himbara, BPJS, dan dana pensiun akan menjadi penyerap utama obligasi negara. Dampaknya, likuiditas perbankan dapat berkurang, sehingga berpotensi menekan pertumbuhan kredit (loan growth) dan menahan pergerakan ekonomi domestik.

Rasio Utang dan Pertumbuhan Ekonomi yang Dipertanyakan

Saat ini, rasio utang luar negeri Indonesia terhadap GDP masih di bawah 40%, namun berpotensi naik hingga 50% dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 diprediksi masih sulit mencapai 5%, mengingat berbagai tekanan eksternal dan internal yang dihadapi.

Dampak Sentimen Global dan Ketidakpastian Pasar

Situasi geopolitik global juga memperburuk ketidakpastian pasar. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG ke depan antara lain:

  • Trump’s Tariff War: Perang dagang AS dengan Kanada, Meksiko, serta kebijakan tarif balasan dari Kanada dapat mengganggu kestabilan pasar global.

  • Ketegangan Geopolitik: Konflik antara AS, Rusia, China, dan Iran semakin memanas, yang berpotensi menekan sentimen pasar.

  • Keputusan Suku Bunga Global: Pasar akan mencermati keputusan suku bunga dari The Fed, Bank of Japan, dan Bank of England, serta inflasi AS melalui US CPI & PPI (Feb), Retail Sales (Feb), dan PCE Price Index (Mar).

  • Data Ekonomi Indonesia: Pelaku pasar akan memantau data penjualan ritel, keyakinan konsumen, neraca perdagangan, serta keputusan suku bunga BI7DRR.

Sektor Perbankan sebagai Tulang Punggung IHSG

Jika IHSG ingin kembali menembus level 7.000 pada kuartal pertama 2025, maka sektor keuangan (banking) harus mengalami pemulihan dan mampu menembus resistansi tren turun mereka. Beberapa saham perbankan utama yang perlu diperhatikan:

  • $BBRI: Jika mampu menembus 4.000-4.050, maka target selanjutnya di 4.500.

  • $BBCA: Perlu average up di atas 9.000 untuk membuka jalan menuju 9.300-9.400.

  • $BMRI: Tidak boleh turun di bawah 4.600, harus menembus 5.000 agar dapat mencapai 5.400-5.500.

  • $BBNI: Jika bertahan di atas 4.600, berpotensi menuju 4.800 – 5.000.

Kesimpulan

Kemungkinan IHSG menembus kembali level 7.000 masih ada, namun akan sangat bergantung pada pemulihan sektor perbankan dan stabilitas ekonomi domestik. Dengan tekanan dari foreign outflow, kenaikan yield obligasi, serta ketidakpastian global, investor perlu mencermati berbagai faktor makroekonomi sebelum mengambil keputusan investasi. Sektor perbankan menjadi indikator utama, dan jika saham bank mampu menembus resistansi kunci, maka target IHSG 7.000 tetap bisa dicapai. (sumber.ksi research/ESG-1)

 

Related posts