ESG News – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pemanfaatan produk Pasar Modal Indonesia oleh generasi muda melalui Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Andalas, Sumatera Barat.
“Pemahaman investasi yang benar sangat penting agar generasi muda dapat memilah informasi yang valid dan membuat keputusan investasi yang tepat,” ujar Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, dalam SEPMT 2025.
Peluang Besar Pasar Modal di Sumatera Barat
OJK menyoroti potensi besar Sumatera Barat dalam pertumbuhan investor pasar modal. Per 13 Februari 2025, jumlah investor nasional mencapai 15,3 juta, naik 3,2% dibanding akhir 2024. Dari jumlah tersebut, 54,83% adalah investor berusia di bawah 30 tahun. Di Sumatera Barat sendiri, jumlah investor telah mencapai 195.749, berkontribusi 14,64% dari total investor di Pulau Sumatera, menempatkan provinsi ini di peringkat ketiga.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan tabungan, karena inflasi dapat menggerus nilainya. Investasi di pasar modal memberikan fleksibilitas serta peluang mendapatkan dividen dan capital gain,” tambah Inarno.
Edukasi & Program Inklusif bagi Mahasiswa dan UMKM
SEPMT 2025 yang berlangsung pada 19-21 Februari 2025 menghadirkan berbagai kegiatan edukasi, di antaranya Training of Trainers Pasar Modal Syariah bagi akademisi dan tenaga pengajar, sosialisasi Pasar Modal sebagai Alternatif Pendanaan Perusahaan, guna mendorong UMKM dan perusahaan daerah memanfaatkan pasar modal.
Kemudian, Kuliah Umum Universitas Andalas bertema Enhancing Gen Z’s Knowledge of Capital Market, untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap investasi pasar modal. Dan sosialisasi Peraturan OJK (POJK) terkait Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Obligasi Daerah.
Rektor Universitas Andalas, Hefrizal Handra, mengapresiasi inisiatif ini dan menekankan bahwa pasar modal berperan penting dalam perekonomian Indonesia. “Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pemanfaatan pasar modal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, baik bagi perusahaan maupun individu,” katanya.
Meningkatkan Literasi & Inklusi Keuangan
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2024, indeks literasi keuangan Indonesia berada di 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 75,02%. SEPMT 2025 hadir sebagai langkah strategis untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong masyarakat memanfaatkan produk keuangan yang legal dan berkelanjutan.
Program ini juga mendukung Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) 2025 dengan tema Akselerasi Pemanfaatan Produk dan Layanan Pasar Modal, serta berfokus pada pendanaan melalui Layanan Urun Dana (SCF) dan Initial Public Offering (IPO).
Kolaborasi untuk Ekosistem Pasar Modal yang Lebih Kuat
SEPMT 2025 merupakan inisiatif OJK yang bersinergi dengan Self-Regulatory Organization (SRO) seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), serta Pemerintah Daerah.
Dengan adanya SEPMT 2025, OJK menargetkan peningkatan jumlah investor dan calon emiten potensial dari Sumatera Barat, serta mendorong pemanfaatan pasar modal sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah dan sektor usaha lokal. (ESG-1)