eFishery Berhenti Beroperasi, Ribuan Petani Ikan Terancam Gagal Panen

Founder eFishery. Para peternak berharap eFishery dapat beroperasi kembali karena terbukti memberikan keuntungan bagi para pembudidaya ikan. (dok.eFishery)

ESG News – Industri akuakultur Indonesia menghadapi pukulan besar setelah eFishery, perusahaan teknologi akuakultur terkemuka, resmi berhenti beroperasi sejak Desember 2024. Perusahaan yang sebelumnya berkontribusi dalam digitalisasi sektor perikanan ini kini tengah dalam penyelidikan dan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 90 persen karyawannya—sekitar 2.000 orang.

Icad, mantan Sekjen Serikat Pekerja PT Multidaya Teknologi Nusantara (SPMTN), mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi ini. “Kami berharap penyelidikan yang berlangsung dapat memberikan keadilan bagi seluruh pihak, termasuk karyawan, pembudidaya, dan investor,” ujarnya dalam keterangannya kepada media, Senin (17/2).

Dampak Besar bagi Ribuan Pembudidaya Ikan dan Udang

Sebagai salah satu pionir dalam digitalisasi akuakultur, eFishery telah membantu lebih dari 30.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di Indonesia. Teknologi yang dikembangkan perusahaan ini terbukti mampu menghemat biaya pakan hingga 20% dan meningkatkan produktivitas hingga 34,1%.

“eFishery sangat membantu para pembudidaya ikan, udang, serta pemasok pakan dan alat. Ekosistem yang telah dibangun selama ini sudah tertata rapi dan mulai menunjukkan dampaknya,” tambah Icad.

Namun, dengan berhentinya operasional eFishery, banyak petani ikan yang kini kesulitan. Mereka kehilangan pendampingan dalam bisnis mereka, yang berisiko menyebabkan gagal panen. “Tahun ini sudah pasti gagal panen. Ini menyedihkan karena mereka sangat bergantung pada eFishery,” ujar Icad.

eFishery dan Perubahan Ekosistem Akuakultur

Ardi, mantan karyawan eFishery dengan pengalaman 11 tahun di bidang Internet of Things (IoT), juga menyoroti dampak positif perusahaan terhadap ekosistem akuakultur. Menurutnya, skema bisnis eFishery memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan jumlah kolam dan produktivitas mereka.

“Tiga tahun lalu, saat pertama kali saya memasang alat eFishery di tambak, para pembudidaya bisa menambah jumlah kolam dan meningkatkan produksi mereka hingga dua kali lipat,” jelas Ardi.

Selain membantu dalam aspek budidaya, eFishery juga memutus rantai tengkulak, sehingga pembudidaya dapat menjual hasil panennya langsung kepada pembeli. “Secara margin, mereka jauh lebih untung karena tidak perlu bergantung pada perantara,” tambahnya.

Harapan Petani Ikan agar eFishery Kembali Beroperasi

Mujahid, Ketua Kelompok Petani Ikan Tasik, mengungkapkan bagaimana eFishery telah membantu kelompoknya mengurangi biaya operasional dan meningkatkan pendapatan. “Sebelum menggunakan teknologi eFishery, kami sering boros pakan dan kesulitan bersaing karena biaya tinggi. Sekarang, kami bisa lebih hemat dan hasil panen meningkat,” jelasnya.

Selain itu, eFishery juga memberikan akses pembiayaan yang sebelumnya sulit dijangkau oleh para petani ikan. “Dulu kami kesulitan mencari modal. Dengan adanya eFishery, kami bisa mendapatkan pinjaman dengan sistem pembayaran yang fleksibel sesuai hasil panen,” ujarnya.

Mujahid sendiri mengalami pertumbuhan pesat berkat ekosistem eFishery. Dari hanya 30 kolam lele, ia kini memiliki 180 kolam dan mampu memproduksi hingga 3 ton ikan per hari. “Saya berharap eFishery bisa kembali berjalan karena program ini sangat menguntungkan petani ikan,” harapnya.

Tantangan dan Masa Depan eFishery

Meskipun tengah menghadapi tantangan, banyak pihak masih berharap eFishery dapat bangkit kembali. Para mantan karyawan mengaku bangga pernah menjadi bagian dari perusahaan ini dan menilai para pendirinya, Gibran dan Chrisna, sebagai sosok yang peduli dengan pembudidaya.

“Kami bekerja bukan untuk glamor, tetapi untuk memberikan dampak positif bagi banyak orang. Kini kami sudah di-PHK dan malah dipandang negatif, padahal kami hanya ingin berkarya,” ujar Ardi.

Dengan ekosistem yang sudah terbentuk dan terbukti memberikan manfaat bagi ribuan pembudidaya, keberlanjutan eFishery menjadi isu krusial bagi masa depan akuakultur di Indonesia. Keputusan akhir dari proses penyelidikan akan sangat menentukan nasib para pembudidaya yang kini berada di persimpangan jalan. (ESG-1)

 

Related posts