ESG News – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menutup tahun 2024 dengan mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp232,5 miliar. Pencapaian ini merupakan hasil dari upaya penyehatan yang dilakukan secara konsisten sejak 2020, termasuk transformasi proses bisnis dan penguatan di seluruh aspek lembaga.
Pelaksana Tugas Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif LPEI, Yon Arsal, menyatakan bahwa lembaga terus berupaya meningkatkan pertumbuhan bisnis yang prudent dan berkelanjutan. “LPEI berhasil mencetak pertumbuhan laba, perbaikan kualitas aset, serta rasio modal yang kuat,” ujarnya.
Pertumbuhan dan Perbaikan Kinerja Keuangan
Sepanjang 2024, LPEI fokus pada perbaikan kinerja keuangan, yang ditunjukkan oleh peningkatan beberapa rasio keuangan, di antaranya
Capital Adequacy Ratio (CAR): Meningkat menjadi 34,25% dari 17,82% pada tahun sebelumnya. Kemudian LPEI mencatat Recovery Asset Collection mencapai Rp2,8 triliun.
Non-Performing Financing (NPF) Net Sebesar 4,52%, masih dalam batas industri keuangan. Dan Return on Equity (ROE) meningkat dari -71,71% menjadi 2,51%.
Pertumbuhan pembiayaan: Fokus pada selected portfolio yang tumbuh 2% menjadi Rp30,2 triliun.
Manajemen LPEI telah menerapkan berbagai strategi dalam lima tahun terakhir, termasuk strategi bisnis yang selektif, penguatan manajemen risiko, serta pemulihan dan pengelolaan aset bermasalah. Selain itu, penguatan SDM, teknologi informasi, operasional, dan efisiensi biaya juga menjadi fokus utama.
Dukungan terhadap UKM dan Ekosistem Ekspor
Sebagai bagian dari mandat Undang-Undang No. 2 Tahun 2009, LPEI juga mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor melalui jasa konsultasi. Sepanjang 2024, LPEI bekerja sama dengan berbagai kementerian dan pemerintah daerah, berhasil mendorong 1.097 eksportir baru dan 928 Desa Devisa baru, meningkatkan total Desa Devisa menjadi 1.845 desa.
Penyaluran Pembiayaan dan Fasilitasi Ekspor
Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Pemerintah, LPEI mencatat penyaluran pembiayaan melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) mencapai lebih dari Rp7,2 triliun pada 2024, dan lebih dari Rp20 triliun sejak 2020. Program ini mendukung perluasan pasar ekspor ke Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa Timur, dan Amerika Latin. Selain itu, PKE juga memfasilitasi ekspor industri farmasi, alat kesehatan, serta alat transportasi dan penerbangan.
Dukungan pemerintah dalam PKE 2024 juga mencakup Pembiayaan dan penjaminan produksi gerbong wagon untuk ekspor ke Selandia Baru.
Fasilitas kredit modal kerja ekspor bagi BUMN Farmasi untuk produksi vaksin yang diekspor ke lebih dari 160 negara.
“Pemanfaatan Program PKE sepanjang 2024 telah menciptakan developmental impact hingga Rp18,8 triliun dengan negara tujuan ekspor lebih dari 90 negara,” ujar Yon Arsal.
Komitmen untuk 2025
LPEI berkomitmen menjaga kesehatan lembaga guna mendukung pertumbuhan ekspor nasional. Strategi utama mencakup Mempertahankan transformasi dan penguatan fondasi lembaga dan Membangun sinergi dengan kementerian, otoritas, institusi keuangan, serta mitra usaha.
“Dengan strategi yang tepat, LPEI berharap menjadi lembaga kredibel dan diandalkan Pemerintah Indonesia dalam peningkatan daya saing ekspor nasional,” tutup Yon Arsal. (RO/ESG-1)