Dampak Kebijakan Global: Strategi Indonesia Hadapi Gejolak Ekonomi di Era Trump

Ilustrasi gambar yang menggambarkan ketegangan antara tujuan iklim global dan tekanan politik, serta dampak keluarnya dua bank besar AS dari Net-Zero Banking Alliance. (Chatgpt)

ESG News – Kebijakan ekonomi yang diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membawa perubahan signifikan pada dinamika ekonomi global. Sebagai mitra dagang dan investasi AS, Indonesia turut merasakan dampaknya, baik dalam bentuk tantangan maupun peluang. Grant Thornton Indonesia menilai bahwa perubahan kebijakan ini menuntut respons strategis dari Indonesia agar tetap kompetitif di pasar internasional.

Dampak Kebijakan Proteksionisme AS terhadap Indonesia

Salah satu kebijakan utama yang berdampak langsung pada Indonesia adalah langkah proteksionisme perdagangan dan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump. Peningkatan tarif impor serta renegosiasi berbagai perjanjian perdagangan berpotensi menimbulkan tantangan baru dalam hal ekspor Indonesia ke AS, terutama di sektor tekstil, manufaktur, serta komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit dan karet. “Indonesia perlu segera memperkuat hubungan dagang dengan pasar alternatif seperti negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor ke AS,” ujar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia.

Reformasi Pajak AS dan Dampaknya pada Investasi

Selain itu, reformasi pajak yang diberlakukan di AS bertujuan menarik lebih banyak investasi kembali ke dalam negeri, yang berpotensi mengurangi arus investasi asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, menurut Grant Thornton Indonesia, situasi ini juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya dengan menciptakan kebijakan insentif investasi yang lebih menarik dan kondusif bagi investor global.

Kebijakan Moneter AS dan Implikasinya pada Rupiah

Di sektor keuangan, kebijakan moneter AS yang ditandai dengan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve berpotensi memperkuat dolar AS, yang dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Melemahnya rupiah dapat memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia, terutama bagi sektor yang bergantung pada impor dan utang dalam mata uang asing. “Fluktuasi nilai tukar tidak bisa dihindari, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Indonesia membangun ketahanan ekonomi dengan memperkuat cadangan devisa dan memastikan kebijakan fiskal yang fleksibel,” jelas Johanna.

Perubahan Kebijakan Bantuan Luar Negeri AS

Selain kebijakan ekonomi dan perdagangan, perubahan kebijakan pemerintahan Trump terhadap bantuan luar negeri melalui United States Agency for International Development (USAID) juga berdampak pada Indonesia. Pemerintahan Trump telah mengurangi anggaran bantuan luar negeri, termasuk untuk program-program pembangunan, kesehatan, dan pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pemangkasan ini dapat memengaruhi inisiatif pembangunan berkelanjutan serta proyek-proyek sosial yang selama ini didanai oleh USAID di Indonesia. “Berkurangnya dukungan dari USAID berarti Indonesia perlu mencari sumber pendanaan lain untuk program-program sosial dan pembangunan. Kolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi internasional menjadi semakin penting untuk mengisi kesenjangan ini,” ungkap Johanna.

Kebijakan Energi dan Lingkungan AS

Kebijakan energi dan lingkungan yang lebih longgar di bawah pemerintahan Trump juga memberikan dampak bagi Indonesia, terutama dalam perdagangan energi global. Dengan fokus AS pada eksplorasi energi domestik, harga minyak dan batu bara di pasar internasional dapat mengalami fluktuasi yang memengaruhi ekspor energi Indonesia. Grant Thornton Indonesia menilai bahwa di tengah perubahan ini, Indonesia harus proaktif dalam mencari pasar alternatif dan memperkuat industri energi berbasis keberlanjutan.

Strategi Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Kebijakan AS

Johanna menambahkan, “Indonesia memiliki potensi besar untuk tetap kompetitif di tengah perubahan kebijakan AS. Dengan memperkuat daya saing industri lokal, meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, serta menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, Indonesia dapat mempertahankan posisinya dalam perekonomian global. Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini. Reformasi kebijakan yang progresif serta pendekatan strategis dalam menarik investasi dapat membantu Indonesia tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global.”

Grant Thornton Indonesia menekankan bahwa untuk mempertahankan daya saing ekonomi, Indonesia perlu terus melakukan reformasi struktural, memperkuat kebijakan insentif bagi investor, serta meningkatkan daya saing industri domestik. “Perubahan kebijakan global adalah hal yang tidak dapat dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan strategi yang tepat agar Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam perekonomian global,” tutup Johanna Gani.

Kondisi Perekonomian Indonesia Saat Ini

Pada Desember 2024, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa Indonesia perlu mewaspadai dampak kebijakan proteksionis AS yang dapat memperkuat dolar AS dan melemahkan rupiah. Ia menekankan pentingnya Indonesia untuk “bermain cantik” dengan AS, mengingat Presiden Trump adalah pemimpin yang pragmatis dan bereaksi keras terhadap kebijakan yang menyangkut kepentingannya.

Selain itu, Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengungkapkan bahwa terdapat berbagai risiko yang akan dihadapi perekonomian Indonesia dengan terpilihnya kembali Trump sebagai Presiden AS. Kebijakan proteksionisme dan perang dagang yang semakin keras dengan China dapat menekan perekonomian global dan berdampak pada Indonesia. Andry juga menyoroti potensi perlambatan kebijakan transisi energi di bawah kepemimpinan Trump, yang dapat memengaruhi upaya Indonesia dalam mempercepat transisi energi dengan bantuan internasional. (ESG-1)

Related posts