ESG News – Memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Tiongkok, kerja sama kedua negara tak hanya terjalin dalam sektor ekonomi dan energi, tetapi juga dalam upaya pelestarian lingkungan. Salah satu inisiatif menonjol adalah pengembangan hutan mangrove di kawasan operasional PLTU Jawa 7 di Serang, Banten—proyek yang kini ditetapkan sebagai Pusat Mangrove Internasional Pertama di Dunia.
Dalam diskusi bertajuk “Kelahiran Kembali Hutan Mangrove: Pertukaran Budaya Indonesia-Tiongkok” yang digelar di Jakarta, Senin (19/5), Wang Siping, Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Tiongkok, menegaskan komitmen negaranya untuk memperluas kolaborasi dengan Indonesia di bidang lingkungan. “Mangrove bukan hanya penyangga ekosistem pesisir, tetapi juga simbol diplomasi hijau antara kedua negara,” ujarnya.
PLTU Jawa 7 Jadi Laboratorium Hidup Konservasi Energi dan Ekologi
Pengembangan hutan mangrove di PLTU Jawa 7, yang dioperasikan oleh PT Shenhua Guohua Pembangkitan Jawa Bali (SGPJB), merupakan bentuk nyata transformasi bisnis energi menuju operasional berkelanjutan. Luas kawasan mangrove yang semula hanya 5 hektare saat tahap konstruksi kini bertambah menjadi 19 hektare, seiring program restorasi ekosistem yang konsisten dilakukan setiap tahun.
Doddy Nafiudin, Direktur Umum SGPJB, menyebut bahwa keberhasilan ini bukan hanya diukur dari luas lahan hijau, tapi juga dari peningkatan kualitas keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. “Kami mencatat lebih dari 3.000 burung, musang, kuntul, dan sekitar 200 biawak air kini bermukim di wilayah mangrove PLTU. Ini menjadi indikator keberhasilan konservasi jangka panjang kami,” jelasnya.
Tak hanya itu, sebanyak 30.000 pohon mangrove ditanam sepanjang 2025, melanjutkan program penanaman 12.000 pohon pada 2022. Konservasi ini telah menciptakan lapangan kerja bagi warga pesisir dan memperkuat ekonomi lokal melalui kegiatan ekowisata dan perikanan berbasis lingkungan.
Ekosistem Lestari, Energi Berkelanjutan
Zhao Shibin, General Manager China Energy Investment Group, perusahaan induk PLTU Jawa 7, menegaskan bahwa perlindungan ekologis bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral industri energi. “Ini bukan hanya tentang mengurangi jejak karbon, tetapi tentang membangun masa depan bersama yang layak huni,” ucapnya.
PLTU Jawa 7 sendiri merupakan hasil kolaborasi antara China Energy Group dan PT PLN Nusantara Power melalui anak usahanya PT PLN Nusantara Renewables. Proyek ini termasuk dalam Program 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah Indonesia, dengan total kapasitas 2.100 MW dan investasi senilai USD1,8 miliar. Teknologi ultra-superkritikal yang digunakan memastikan efisiensi tinggi dan emisi rendah.
Mangrove sebagai Tembok Laut dan Paru-Paru Bumi
Diskusi yang juga menghadirkan akademisi dari berbagai negara dan penyuluh lingkungan Kementerian LHK Linda Krisnawati, menyoroti pentingnya rehabilitasi mangrove sebagai solusi perubahan iklim. Linda berharap Tiongkok dan Indonesia bisa mempererat kerja sama dalam transfer teknologi serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia bidang lingkungan.
Puncak acara ditandai dengan pembacaan Inisiatif Jakarta, deklarasi bersama generasi muda Indonesia dan Tiongkok yang menyerukan pentingnya melindungi hutan mangrove sebagai “paru-paru bumi dan tembok laut masa depan”. (ESG-1)